Selasa, 10 Februari 2009

Penghubung Manusia Dengan Allah

Siapa penghubung manusia dengan Allah ? Qalbu Penghubung Manusia Dengan Allah adalah Qalbu Hakikat diri (nafs) manusia adalah jiwa (rûh), dan inti dari jiwa adalah hatinurani (qalbu). Qalbu juga merupakan penghubung antara manusia dengan Tuhannya. Allah berhubungan dengan manusia melalui Qalbu. “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah terhubung dengan manusia melalui qalbunya…”(QS. 8:24) Juga dalam sebuah haditsnya Rasulullah SAW mengingatkan kita: “Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan penampakan lahiriyahmu, tapi yang selalu Allah perhatikan adalah qalbu-qalbu kamu yang ada di dalam dada.” Maka ketika tubuh biologis manusia mengalami kematian, diri manusia yang berwujud ruh (jiwa) dikeluarkan dari tubuh itu dan dibawa menghadap Allah SWT dengan didampingi oleh para malaikat dan jin yang selama ini menjadi qarin-nya. "Hari ketika Ruh dan para malaikat berdiri berjajar…"(QS. 78:38) Saat itu qalbu jismani, yaitu jantung, sudah akan hancur bersama hancurnya tubuh di dalam kuburan. Tetapi qalbu ruhani, yaitu hatinurani, akan terbawa menghadap Allah SWT. "Hari tidak ada lagi manfaat harta maupun keturunan.Kecuali yang menghadap Allah dengan qalbu yang selamat."(QS. 26:88-89) Qalbu bisa saja bermasalah, sumber masalahnya adalah hawa nafsu yang ada di dalam diri dan setan/iblis yang ada di luar diri. Dengan gangguan keduanya qalbu dapat menjadi kotor dan rusak. Namun segala sesuatu ada pembersihnya dan pembersih qalbu adalah dzikrullah "Janganlah kamu ikuti orang yang lalai qalbunya dari berdzikir kepada-Ku lalu ia ikuti hawa nafsunya"(QS. 18:28) "Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran"(QS. 4:135) "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa-nya?"(QS. 25:43) "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut dorongan hawa"(QS. 53:3) "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tu­hannya dan menahan diri dari dorongan hawa"(QS. 79:40) Fungsi Qalbu: Di dalam Qalbu; - Mengakal (QS. 22:46) - Memahami (QS. :179) - Mengobservasi (QS. 22:46) - Mengimani (QS. 5:41, 39:45) - Merasa (QS. 2:260, 40:35, 57:16) - Merenungkan/dzikir (QS. 50:37, 43:36) Isi Qalbu: 1. Fitrah Allah (Sifat/Ilmu/Qudrat) (QS. 30:30) 2. Bibit Iman (Kesaksian Iman) (QS. 7:172 & HR. Bukhari) 3. Format ke-Allah-an (HR. Bukhari) Problem Qalbu: 1. Berkarat (Hadits) 2. Tertutup (QS. 2:7) 3. Mengeras (QS. 2:74) 4. Berpenyakit (QS. 2:10) 5. Buta (QS. 22:46) 6. Brutal/kasar (QS. 3:159) Kalau qalbu mengalami problem-problem tersebut maka fungsi qalbu akan terganggu atau bahkan terhenti sama sekali. Akhlak Bermula dari Qalbu Beruntunglah orang-orang yang memiliki qalbu yang bersih lagi jernih, yang dengan itu hubungannya dengan Allah akan berjalan mulus dan ia dapat menyerap cahaya Allah sebaik-baiknya. Allah SWT adalah cahaya langit dan bumi (QS. 24:35) dan Rasulullah s.a.w. sering berdoa: Wahai Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami…(QS. 66:8) “Ya Allah, jadikanlah pada qalbuku selalu ada cahaya… “. Ketika cahaya Allah telah terserap kedalam qalbu maka apa yang ada di dalam qalbu akan tumbuh memancar keluar, dan berkembang menjadi akhlak yang disebut Akhlak ke-Allah-an. “Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah…” Sebaliknya, qalbu yang rusak dan mati akan gagal menyerap cahaya Allah sehingga bibit iman dan sifat-sifat Allah yang ada di dalam qalbu juga mati. Qalbu yang mati akan gagal menjalankan fungsinya: Mengendalikan hawa nafsu, dan Membentengi diri dari setan/iblis. Akibatnya setan/iblis dengan leluasa masuk ke dalam diri dan mengobar-ngobarkan hawa nafsu sehingga muncul dorongan-dorongan biologis kebinatangan. Kalau sudah begitu akhlaq yang terbentuk pun merupakan akhlaq kebinatangan atau akhlak kesetanan.

Tidak ada komentar: