Rabu, 17 Maret 2010

Mursyid


Beliau menjalankan tiga tugas utama :

Tilawah, membacakan ayat-ayat Allah. Memperkenalkan kepada orang-orang tentang adanya petunjuk 'langit' dan meyakinkan mereka tentang kebanaran ayat-ayat 'langit' itu.
Tazkiyah, mensucikan jiwa pengikutnya. Tanpa kesucian jiwa maka makna ayat-ayat yang dibacakan tak akan terpahami dengan baik, tak juga ayat-ayat itu terasakan sebagai penggerak yang memotivasi orang untuk mengamalkannya.
Ta'lim, mengajarkan ketentuan-ketentuan Allah (hukum, kitab) juga tujuan dan manfaat dari ketentuan-ketentuan tersebut (hikmah) serta apa-apa yang belum diketahui umat.

Sekarang ini fungsi tilawah telah banyak tergantikan oleh berbagai media. Kalau dulu hanya dibacakan oleh orang, sekarang ayat-ayat telah dibukukan, dikasetkan, di-CD/VCD-kan, di-digital-kan. Orang dapat mengaksesnya secara langsung. Untuk membacanya pun sudah banyak tersedia kursus-kursus yang dapat melatihkannya dengan berbagai metode yang sangat cepat.
Fungsi ta'lim masih berjalan terus, bahkan makin banyak ustadz yang memimpin majlis-majlis ta'lim, baik langsung maupun menggunakan fasilitas distance learning melalui radio, tv dan internet.
Yang jadi masalah adalah fungsi tazkiyah. Rasulullah s.a.w. mentazkiyah jiwa para sahabat sebelum menta'lim mereka. Jiwa para sahabat sudah tersucikan lebih dulu sebelum mendapatkan ta'lim. Tapi siapa yang mentazkiyah diri kita saat ini?
Untuk tilawah kita dapat menggunakan berbagai multi media ayat yang banyak tersebar dengan harga murah. Untuk ta'lim kita dapat mendatangi majlis ta'lim, halaqah, liqa' dan mabit; menjumpai para ustadz dan murabbi. Tapi semua itu kita lakukan dengan qalbu yang kotor karena tidak mengalami tazkiyah lebih dulu.

Adakah para ustadz/kyai itu dapat mentazkiyah jiwa kita?
Apakah para murabbi kita juga sudah tersucikan jiwanya sehingga mampu mentazkiyah kita?

Rasulullah s.a.w. mendapatkan tilawah, tazkiyah dan ta'lim dari malaikat Jibril. Para sahabat mendapatkannya dari Rasululllah s.a.w. Para tabi'in dari para sahabat...begitu seterusnya.

Tapi lagi-lagi, siapa yang mentazkiyah kita saat ini?

Masukilah rumah lewat pintunya. Pelajarilah agama melalui sumbernya. Seraplah cahaya Ilahiah melalui salurannya. Mursyid itu perlu... Kita tidak akan pandai tanpa guru (bukankah dikatakan, siapa yang belajar tanpa guru maka gurunya adalah setan...). Jiwa takkan terbersihkan tanpa ada yang men-tazkiyah-nya.

Tentu jangan sembarang orang kita jadikan mursyid. Bagaimana ia akan men-tazkiyah diri kita kalau dia pun belum tersucikan jiwanya. Carilah mursyid yang berkualifikasi wali. Bukan wali murid atau wali nikah, tapi wali Allah...
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu ialah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya bertambah kuat imannya dan mereka hanya kepada Allah saja berserah diri” (QS. Al Anfal ayat 2).

Kamis, 11 Maret 2010

KALIMAT LAA ILAAHA ILLALLAAH

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan (QS. al-Maidah : 15). 

Nabi Muhammad diciptakan dari Nur keagungan Allah Swt. Dari Nur itulah kemudian tercipta seluruh makhluk. Kalimat ma'rifat yang sudah kita dapatkan juga merupakan bagian dari Nur Muhammad.
Dzikir Jahar dan dzikir Khofi bisa menjadi cahaya penerang bagi kita dan menjadi api bagi syetan sehingga membakarnya.
Kalimat dzikir Laa ilahaa illallah mempunyai 19 nama diantaranya :
  • Kalimat tauhid
  • Kalimat Ikhlas
  • Kalimat Ahsan
  • Kalimat da'watul haq
  • Kalimat thoyyibah
  • Kalimat 'Urwatul wutsqo
  • Kalimat tsamma'ul jannah (harga dan pembeli syurga)
  • Kalimat taqwa
  • Kalimat Islam
  • Kalimat kedekatan dengan Tuhan
  • Kalimat kemenangan dst. 

Alhamdulillah kita sudah mendapatkannya. Kehebatan Laa ilahaa illallah itu disebutkan : Tidak akan dibuka pintu langit (kesatu, kedua ... ketujuh) oleh Allah bagi orang yang berdo'a jika tidak melalui kalimat Laa ilahaa illallah. Artinya do'a tidak akan diijabah apabila kalimat Laa ilahaa illallah menyertainya. Kunci Pintu Surga adalah Laa ilahaa illallah.